Sabtu, 26 Oktober 2013

Definis Kalimat Efektif Berikut Ciri dan Contoh Kalimat Efektif

• Kalimat efektif ialah kalimat yang benar, jelas, dan mempunyai makna yang mudah dipahami oleh pembaca secara tepat.

 Ciri-ciri kalimat efektif:

1. KESEPADANAN STRUKTUR BAHASA

• Kesepadanan ialah keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang digunakan.

• Kesepadanan kalimat dibangun melalui kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

• Kesatuan menunjuk bahwa dalam satu kalimat hendaknya hanya ada satu ide pokok.

• Satu ide pokok tidak diartikan sebagai ide tunggal, tetapi ide yang dapat dikembangkan ke dalam beberapa ide penjelas.

BEBERAPA CIRI KESEPADANAN

• Mempunyai struktur jelas.

• Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan tidak menggunakan kata depan: di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya yang ditempatkan di depan subjek.

• Tidak terdapat subjek ganda.

• Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh-contoh Kesepadanan

• Kepada setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi = subyeknya tidak jelas.

• Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. à unsur S-P-O tidak berkaitan erat

Mestinya…

• Setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi.

• Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.

2. KEPARALELAN ATAU KESEJAJARAN BENTUK

• Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.

• Bila bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina.

• Demikian pula bila menggunakan bentuk-bentuk lain.

Contoh-contoh Kepararelan:

1. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan tembok, memasang lampu, pengujian sistem pembagian air, dan menata ruang.

2. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara wajar

3. KETEGASAN ATAU PENEKANAN KATA

• Merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan.

• Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:

1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu pada awal kalimat

2. Melakukan pengulangan (repetisi)

3. Melakukan pengontrasan kata kunci

4. Menggunakan partikel penegas

Penekanan Kata :

1. Menempatkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.


  •  Sumitro menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.



  • Persoalan itu dapat diselesaikan dengan mudah.


2. Repetisi

– Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi

– Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya

3. Pengontrasan kata kunci

– Informasi ini tidak bersifat sementara, tetapi bersifat tetap.

– Peserta kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.

4. Partikel Penegas

– Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu

– Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat berangkat ke sekolah

4. KEHEMATAN KATA

􀂄 Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu jadi  kata menjadi padat berisi.

Dapat dilakukan dengan cara:


  •  Menghilangkan pengulangan subyek



  •  Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata



  •  Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat



  •  Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak


Contoh Menghilangkan pengulangan subyek

  • Karena ia tak diundang, dia tidak dating ke tempat itu.


Mestinya menggilangkan kata ia

Contoh Menghindarkan pemakaian superordinate pada hiponimi kata

  •  Mira adalah gadis yang memakai bajuwarna merah


Mestinya menggilangkan kata warna

Contoh Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat

  •  Jangan naik ke atas karena licin.


Mestinya menggilangkan kata ke atas

Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak


  •  Ia mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.




5.KESATUAN GAGASAN


  •  Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
 Contoh:


  •  Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.


6.KELOGISAN

 Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal dan penulisannya sesuai EYD.

Contoh:


  •  Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki



  •  Kepada ibu Intha, waktu dan tempat kami persilakan.



  •  Jalur ini terhambat oleh iring-iringan jenazah.


Sumber : suhandiah.ppt.bahasa indonesia

Minggu, 20 Oktober 2013

Koreksi EYD Wawancara Viky Prasetyo

JAKARTA, KOMPAS.com — Gaya bicara Vicky Prasetyo, mantan tunangan penyanyi dangdut Zaskia "Gotik", kini tengah ngetren di media sosial. Vicky alias Hendrianto bin Hermanto menggunakan "kosakata unik" yang terdengar tidak pas di telinga saat wawancara dengan sejumlah pekerja infotainment seusai acara pertunangannya di Hotel Kempinski, Jakarta, Minggu (1/9/2013).

Dalam cuplikan video "C&R" berdurasi 59 detik yang diunggah di media sosial Youtube, Vicky mengenakan jas hitam duduk didampingi Zaskia yang mengenakan kebaya hijau dengan mahkota di kepalanya. Video itu diunggah akun "tv-ri" pada 7 September 2013. Judul videonya "Wawancara Kocak Zaskia Gotik & Vicky Prasetyo yg sok memakai bahasa intelek".

Kepada para pekerja infotainment, Vicky berujar, "Di usiaku ini, twenty nine my age, aku masih merindukan apresiasi karena basically, aku senang musik, walaupun kontroversi hati aku lebih menyudutkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih ya."
Ia berujar lagi, "Kita belajar, apa ya, harmonisisasi dari hal terkecil sampai terbesar. Aku pikir kita enggak boleh ego terhadap satu kepentingan dan kudeta apa yang kita menjadi keinginan."
"Dengan adanya hubungan ini," lanjut Vicky, "bukan mempertakut, bukan mempersuram statusisasi kemakmuran keluarga dia, tapi menjadi confident."
"Tapi, kita harus bisa mensiasati kecerdasan itu untuk labil ekonomi kita tetap lebih baik dan aku sangat bangga..." kata Vicky lagi.
Seusai memberikan keterangan itu, Zaskia berkata mesra kepada Vicky, "Dibeliin rumah ya Pap ya, aku dibeliin rumah ya sayang ya..."
"Nantilah, kita komunikasikan lagi," jawab Vicky.

Akun Rahmat Hidayat berkomentar di laman video itu, "Saya yakin Vicky suka nonton berita politik, mungkin dia dapat adrenalinnya bukan inteligensinya."
Di media sosial Facebook, video Vicky juga ramai disebarkan. Gaya bicaranya bahkan diikuti. Seorang Facebooker, Rusdi Mathari, menulis demikian pada statusnya, "Pembebasan Rasyid Rajasa mempertakut dan mempersuram statusisasi kontroversi hati dan konspirasi kemakmuran kasus Dul. Harmonisasi kasus tidak boleh mengkudeta kita punya keinginan, tapi kita harus menyiasati untuk labil ekonomi; karena usia hukum saat ini, ya twenty nine my age ya."

Dikutip dari : (http://entertainment.kompas.com/read/2013/09/09/1702048/.Kontroversi.Hati.dan.Konspirasi.Kemakmuran.ala.Vicky.Prasetyo)

Setelah saya olah menajdi kalimat yang lebih baik dan EYD yang di maksud oleh vicky dalam kalimat di atas adalah :


"Di usiaku yang ke 29 ini, aku masih merindukan penghargaan, karena pada dasarnya akau senang musik, walaupun di dalam hatiku selalu berdebat untuk mementngkan kepada kerjasama untuk kemakmuran yang kita pilih."

"Kita belajar, kebersamaan dari hal terkecil sampai terbesar. aku pikir kita tidak boleh egois terhadap suatu kepentingan dan hal yang bertentangan dari keinginan kita."

"Dengan adanya hubungan ini, bukan bermaksud untuk menakuti dan bukan juga bermaksud untuk memperburuk situasi keuangan dia, tetapi hal tersebut dapat membuat kita menjadi semakin yakin."

"tapi, kita harus bisa mengakali kecerdasan itu untuk mempertahankan perekonomian (keuangan) hingga lebih baik lagi, sehingga aku sangat bangga"

"Nanti di belikan rumah ya papah (panggilan sayang ke vicky), nanti kita bicarakan lagi" , jawab Vicky

Tugas Grafik Komputer & Olah Citra OpenGL

TUGAS
OPEN GL

NAMA   : Aries Eko Prasetyo
KELAS : 3KA33
NPM     : 11111121
JURUSAN : SISTEM INFORMASI
FAKULTAS : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Senin, 14 Oktober 2013

BAHASA INDONESIA 1 : EYD DAN TANDA BACA


artikel asli : http://malesbanget.com/2012/04/liputan-booth-mbdc-di-geekfest/

Berikut ini adalah bentuk artikel yang sudah dikoreksi menggunakan EYD, tanda baca dan kalimat baku yang benar :


Seperti yang sudah kita janjikan kemarin, kali ini kita akan khusus membahas tentang booth MBDC di Geekfest kemarin. Yak, jadi seperti yang sudah kita bahas kemarin juga, menurut MBDC, booth MBDC adalah booth terkeren di Geekfest. Bukan bermaksud untuk sombong. Ini adalah fakta kehidupan saja. Coba saja lihat booth kita:

Yak, kita membuat booth itu semalam suntuk. Jadi apa yang kamu lihat di gambar di atas adalah fitur utama booth MBDC: Peep Show. Jadi di situ, kamu bisa mengintipnya.


Apa yang sesungguhnya mereka intip? Kita akan menunjukkannya sedikit :
Yak, kamu bisa mengintip SPG-SPG kita sedang bersantai-santai ria. Apakah anda ingin melihat foto yang lain? Mungkin tidak perlu. Sangat disayangkan anda tidak datang kemarin. Soal SPG, selama 2 hari kemarin di Geekfest, MBDC juga ditemani oleh 4 orang SPG yang pastinya sangat "wow".

Jadi apakah kamu hanya bisa mengintip SPG di sini? Tentu tidak . Di booth MBDC, kamu juga bisa bermain XBox Kinect, mengikuti talent show, shooting Vicaso, dan yang tidak kalah asik, kamu bisa bertemu dengan Pak Boy Surya dan Pak Teten Menhetten !

Di sini juga dibagikan banyak merchandise MBDC , mulai dari tote bag, stiker, hingga kaos. Pasti banyak yang menyesal karena tidak datang. Maka dari itu, lain kali datanglah jika ada MBDC di sebuah acara. Dijamin pasti seru.   

Rabu, 02 Oktober 2013

Ragam Bahasa

PENTINGNYA BERBAHASA YANG BAIK DAN BENAR DALAM DUNIA SISTEM INFORMASI
 (RAGAM BAHASA)

Ragam Bahasa

Pertama-tama sebelum saya membahas tentang ragam bahasa saya akan membahas tentang Bahasa Indonesia yang umum digunakan mempunyai dua corak, yaitu bahasa tutur dan bahasa bergaya.
Bahasa tutur atau bahasa percakapan adalah bahasa yang lazim dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan. Sifat-sifat khasnya, bersahaja, sederhana, dan singkat bentuknya.
Bahasa bergaya adalah bahasa yang digunakan dengan sengaja diperbesar daya gunanya. Segala sesuatunya disusun diatur, dan digunakan seefisien, supaya sanggup menyalurkan berita batin.
Jenis yang kedua (bahasa bergaya) bentuknya beragam:
1. Ragam umum,
2. Ragam khusus, terdiri dari :
a. Ragam ringkas yang meliputi ragam jurnalistik, ragam ilmiah, dan ragam jabatan
b. Ragam sastra

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya berbeda-beda, menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.

Macam – macam ragam bahasa :

.    Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media

Di dalam bahasa Indonesia dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baku bahasa Indonesia, memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolak ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi didalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan digunakan kosa kata ragam baku di dalam pemakaian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980). Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media dibagi menjadi dua yaitu :

a)      Ragam bahasa lisan

Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuan. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur  di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa dapat dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, Ciri-ciri ragam lisan yaitu :

-          Memerlukan orang kedua/teman bicara.
-          Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu.
-          Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
-          Berlangsung cepat.
-          Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu.
-          Kesalahan dapat langsung diperbaiki.
-          Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
-           
   Contoh yang termasuk dalam ragam lisan diantaranya pidato, ceramah, sambutan, berbincang-bincang, dan masih banyak lagi. Semua itu sering digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama mengobrol atau berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara penyampaian seperti halnya pidato atau ceramah.

b)     Ragam bahasa tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan atau huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kalimat dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata atau susunan kalimat, ketepatan pilihan bahasa, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan gagasan.
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar. Dalam ragam bahasa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.

Ciri Ragam Bahasa Tulis :
-          Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
-          Tidak terikat ruang dan waktu.
-          Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat.
-          Pembentukan kata dilakukan secara sempurna.
-          Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan
-          Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.
-          Berlangsung lambat.

2.      Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur

a.              Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)

Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan “t” seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.

b.              Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur

Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

c.               Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur

Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara atau sikap penulis terhadap pembawa sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat ke formalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam :
1.        Pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran.
2.        Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat.
3.        Komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang.
4.        Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.



Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian

Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah peristilahan/ungkapan khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara digunakan dalam bidang agama. Koroner, hipertensi, digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran atau majalah dan lain-lain.

Bahasa Baku

Bahasa baku ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya. Bahasa ini digunakan dalam situasi resmi, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
Bahasa baku menjalankan empat fungsi, yaitu
(1) fungsi pemersatu.
(2) fungsi penanda kepribadian.
(3) fungsi penambah wibawa.
(4) fungsi sebagai kerangka acuan.
 Ejaan

Bahasa jurnalistik harus memperhatikan ejaan yang benar. Kedengarannya mudah, tetapi dalam praktek banyak mengalami kesulitan. Wartawan semestinya memiliki Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Disempurnakan untuk dikonsultasi sewaktu diperlukan.
KESALAHAN-KESALAHAN BAHASA
Kerancuan (Kontaminasi)
Kontaminasi ialah pencampuran dengan tidak sengaja. Pencampuran ini sudah tentu tidak dapat dibenarkan karena membuat kalimat menjadi kacau (rancu). Contoh:
1. “untuk sementara waktu” mestinya “untuk sementara” atau “untuk beberapa waktu” (sementara = sedang, untuk beberapa waktu);
2. “sementara orang” mestinya “beberapa orang”
3. “selain daripada itu” mestinya “selain itu” atau “lain daripada itu”;
4. “dan lain sebagainya” mestinya “dan lain-lain” atau “dan sebagainya”;
5. “berhubung karena” mestinya “berhubung dengan” atau “karena”;
6. “demi untuk” mestinya “demi” saja atau “untuk” saja;
7. “agar supaya” mestinya “agar” saja atau “supaya” saja;
Kata ‘di mana’, ‘hal mana’, ‘yang mana’
Baik dalam bahasa percakapan maupun dalam bahasa tulisan, banyak kita jumpai kalimat relatif yang dihubungkan dengan kata-kata:
di mana; yang mana; hal mana; di atas mana; dari mana; dengan siapa.
Dengan tidak disadari kita terpengaruh oleh struktur bahasa asing. Kalimat-kalimat tersebut ialah kalimat ganti penghubung. Dalam bahasa Belanda kalimat-kalimat tersebut ialah:
wat; welke; waarop; waarcan; met wie.
Contoh:
1. Kantor di mana dia bekerja, tidak jauh dari rumahnya.
2. Keadaan di Mesir sangar gawat, yang mana mengancam tahta Shah.
3. Daerah dari mana beras didatangkan terletak jauh di pedalaman.

Kalimat-kalimat di atas sebenarnya tidak mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia. Kalimat-kalimat itu sebaiknya berbunyi:
1. Kantor tempat dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
2. Keadaan di Mesir sangat gawat, dan mengancam tahta Shah.
3. Daerah yang menghasilkan beras terletak jauh dari pedalaman.
Bentuk Aktif dan Pasif Disatukan
Disiplinkan pikiran supaya tidak mencampuradukkan bentik pasif (di-) dengan bentuk aktif (me-) dalam satu kalimat.
Contoh:
“Karang Taruna GPB Senin kemarin memulai rapat kerjanya selama tiga hari di Hotel Bahagia, dibuka oleh Bupati Serungkuk Rahman Seago-ago.”
Teras berita ini mesti dipecah dalam dua kalimat:
“Karang Taruna GPB Senin kemarin memulai rapat kerjanya selama tiga hari di Hotel Bahagia. Rapat kerja itu dibuka Bupati Serungkuk Rahman Seago-ago.”
Kata Depan atau Awalan

Sering terjadi wartawan melakukan kesalahan dalam penulisan kalimat “di” dan “ke”. Kesulitan ini biasanya terletak pada kapan harus menulis kedua kalimat itu serangkai dan kapan mesti menulis terpisah dengan kalimat di belakangnya.
Untuk mengatasi kesulitan itu, kita harus dapat membedakan “di dan ke sebagai kalimat depan” dan “di- dan ke- sebagai awalan”. Jika ia berfungsi sebagai kata depan, maka penulisannya terpisah; tetapi jika berfungsi sebagai awalan, maka penulisannya serangkai dengan kata yang menyertainya.
Hiperkorek
Hiperkorek (bahasa Inggris: hypercorrect) berarti “melampaui batas tepat atau benar sehinga menjadi salah”.
Contoh:
1. “Dipakai tenaga akhli Amerika dengan memberikan gajih yang cukup tinggi.” Kalimat akhli harus ditulis ahli dan gajih menjadi gaji.
2. “Di lain fihak, perbedaan tingkat ekonomi yang menyolok itu, juga sering menimbulkan iri hati.” kalimat fihak harus ditulis pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Baku Bahasa Indonesia  Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Badudu, J.S. 1986. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Gramedia.